Representasi
Kecantikan dalam Media Massa
Di Era Global ini masyarakat semakin aktif dalam mencari
informasi-informasi terbaru yang terjadi disekitar mereka melalui media massa
yang ada, sehingga sudah menjadi tugas media massa untuk bisa menyampaikan
informasinya secara berkelanjutan serta variatif dan bermacam-macam yang
disesuaikan dengan konsumen, segmen dan tujuan internal dari media itu. Masyarakat
cukup beragam dalam menggunakan media dikehidupan sehari-hari, ada yang
menggunakan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi, ada pula yang menggunakan
media dengan tujuan untuk mendapatkan hiburan untuk mengisi waktu luang serta
untuk menambah pengetahuan dan ilmu yang dimiliknya.
Seperti yang dikatakan (Vardiansyah, 2004:104), Media cetak merupakan
salah satu bentuk media massa yang tercetak kedalam surat kabar, majalah dan
juga buku. Keunggulan media cetak adalah kemampuannya menguasai waktu, dalam pengertian
termassa yang lebih besar dibanding media audio visual artinya kita dapat
membaca pesan yang ada di media cetak berapa kalipun yang kita kehendaki. Secara teoritis, media massa bertujuan untuk
menyampaikan informasi dengan benar secara efektif dan efisien. Pada
praktiknya, apa yang disebut sebagai kebenaran ini sangat ditentukan oleh
jalinan banyak kepentingan. Akan tetapi, di atas semua itu, yang paling utama
tentunya adalah survival media itu sendiri, baik dalam pengertian bisnis
maupun politis.
Menurut Tri Hastuti Nur R dalam Jurnal Perempuan/ edisi 28/ 3/ 2003 bahwa
media massa dan perempuan merupakan dua hal yang saling berkaitan ibarat nasi
dengan lauknya yang saling mengisi satu sama lain. Terbukti dengan bagaimana
media massa merepresentasikan perempuan melalui iklan. Pada umumnya
penggambaran perempuan di media massa diwarnai oleh tipe dan komoditisasi alias
pelaris. Selain itu penggambaran perempuan di media saat ini semakin berani
menampilkan bagian-bagian tubuh perempuan. Dengan mengeksploitasi perempuan
dalam iklan berkait erat dengan ideologi kapitalisme yang menempatkan perempuan
sebagai salah satu alat produksi. Seringkali kecantikan dan keindahan perempuan
dipandang sebagai physical belaka, dan mengabaikan aspek-aspek moralitas, perasaan,
akal dan spiritualitas.
Majalah adalah bentuk media massa cetak yang diterbitkan secara berkala,
berulang-ulang secara teratur dan mempunyai peran yang tak kalah pentingnya
dengan media massa lain. Format-format baru majalah berlomba-lomba menarik
simpati para pembaca. Salah satunya adalah masuknya berbagai iklan-iklan di media
pers dengan bermacam variasi. Salah satunya adalah format iklan yang mengandung
unsur yang tidak mengandung moral yaitu unsur seks dan pornografis. Sebenarnya
unsur seks dan pornografis didalam sebuah iklan telah lama digunakan oleh para
pengiklan, tetapi ketika sudah sampai pada era kebebasan media massa, unsur
seks dan pornografi semakin mendominasi iklan-iklan
yang ada dimajalah serta mendoktirisasi masyarakat awam.
Munculnya
penampilan perempuan dalam berbagai media baik media cetak maupun media
elektronik tidak seluruhnya menggambarkan ruang lebih lebar untuk melihat
secara kritis kedudukan perempuan dalam masyarakat, tetapi masih lebih ideologis
mewacanakan peran semata dan kenikmatan dalam perubahan gaya hidup perempuan. Tanpa
disadari media massa telah menjadikan masyarakat menjadi konsumtif, menganut
gaya hidup hedonis dan mendorong perempuan untuk mendapatkan kehidupan praktis
dan ideal yang modern dalam kerangka masyarakat barat, mulai dari cara
berpakaian, pemilihan barang-barang atau asesoris tubuh dan kecantikan serta
eksploitasi bentuk keindahan tubuhnya. Salah
satu cara penyampaian pesan yang efektif dan efisien adalah dengan menggunakan
iklan.
Menurut Wibowo (2003:5) iklan atau periklanan didefinisikan
sebagai kegiatan berpromosi atau berkampanye melalui media massa. Iklan
dianggap sebagai teknik penyampaian pesan yang efektif dalam menjual dan menawarkan
suatu produk. Oleh karenanya dalam aktivitas perpindahan informasi tentang
produk yang diiklankan pada khalayak tentunya harus mengandung daya tarik
setelah khalayak ketahui sehingga mampu menggugah perasaan, maka untuk menampilkan
kekuatan iklan tidak hanya sekedar menampilkan pesan verbal tetapi juga harus
menampilkan pesan non verbal yang mendukung iklan.
Dibelahan dunia manapun baik di Eropa, Singapura bahkan di Indonesia sekalipun
banyak iklan-iklan yang menawarkan jasa dan produk-produk industriyang
berkaitan dengan perawatan tubuh khususnya perempuan, mulai dari produk minuman
yang melangsingkan tubuh yang membuat perempuan merasa tampil lebih percaya
diri, selalu menggunakan objek perempuan dalam rangka membidik bahkan memperluas
segemntasi pasarnya dengan menggunakn perempuan cantik atau selebritis ataupun
publik figur yang sedang naik daun sebagai model iklan untuk memudahkan
pemasaran produk. Perempuan menjadi alat didalam proses distribus produk dan
gaya hidup.
Perempuan juga menjadi objek pasar dari produk kapitalisme dan produk
yang dikomersilkan, mereka menjadi konsumen utama atau paling tidak menjadi
saluran masuknya barang-barang dan gaya hidup modern. Menurut Celia Lury, seorang Sosiolog yang
menadalami budaya konsumen, iklan meningkatkan penciptaan sebuah kecemasn bahwa
jika wanita tidak memenuhi standar maka mereka tidak akan dicintai. Kaum wanita
direkayasa untuk membenahi sejumlah bagian tubuh mereka agar menjadi sempurna
dengan tiada pernah ada habisnya. Iklan telah memainkan peran penting dalam
pemaknaan bahwa kecantikan bukanlah bawaan alamiah, tetapi sesuatu yang dapat
dicapai oleh setiap wanita melalui pemakaian produk yang tepat.
Dalam periklanan, tubuh wanita dipilah-pilah menjadi beberapa bagian
sebagai tempat diterapkannya berbagai merek. Jadilah wanita korban iklan dan
sangat konsumtif. Konsep kecantikan saat ini sebagian besar sangat dipengaruhi
cara pandang budaya Barat, seperti kulit putih dan hidung mancung. Akibatnya,
wanita yang kebetulan ditakdirkan berkulit agak gelap meskipun tampak manis,
merasa minder dan berusaha dengan berbagai cara untuk memutihkan kulitnya. Dimana-mana
iklan produk kecantikan menyergapdan mengkudeta kita. Citra perempuan sekarang
mungkin tak jauh dari apa yang kerap muncul disana : tubuh langsing, rambut
panjang lurus, wajah putih mulus, dan bola mata yang indah dengan tambahan
lensa kontak berwarna ungu atau hijau. Sejarah manusia mencatat, definisi
cantik terus menerus berubah.
Di Eropa pada abad pertengahan kecantikan perempuan berkaitan erat dengan
fertilitasnya, dengan kemampuan reproduksinya. Pada abad ke-15 sampai ke-17,
perempuan cantik dan seksi adalah mereka yang punya perut dan panggul yang
besar serta dada yang montok, yakni bagian tubuh yang berkaitan dengan
reproduksi. Pada awal abad ke- 19 kecantikan didefinisikan dengan wajah dan
bahu yang bundar serta tubuh yang montok. Sementara itu, memasuki abad ke20 kecantikan identik dengan perempuan dengan bokong
(pantat) dan paha besar.
Di Afrika dan India umunya perempuan dianggap
cantik jika ia bertubuh montok, terutama ketika ia telah menikah, sebab
kemontokannya menjadi lambing kemakmuran hidupnya. Semoga kita semua bisa
mengambil hikmah dan manfaat dari media massa dan bisa menghilangkan sisi negative
dari dampak media massa dengan cara menghilangkan doktrinisasi dari media massa
terhadap diri kita masing masing. Terima kasih
0 comments:
Post a Comment