Pertama kali Nulis...
Aku dan Keluargaku
Aku adalah aku yang menderita demi kebahagiaan orang lain. Aku adalah aku yang jatuh demi membangunkan orang lain. Aku adalah aku yang hancur demi keutuhan orang lain. Aku adalah aku yang mati demi kehidupan orang lain. Aku adalah aku, aku adalah aku, aku adalah aku. Aku bukan orang lain. Orang lain bukan aku. Yang aku tahu, aku adalah aku yang selalu melakukan yang terbaik buat orang lain. Kata kata itu aku ketahui setelah membaca buku harian ayahku yang kebetulan aku bersihkan pada hari minggu. Seperti biasa, ketika membersihkan kamar ayahku, aku selalu membaca apa yang di tuliskan ayahku di buku hariannya, karena aku tahu apa yang ditulis ayahku adalah ilmu yang belum tentu aku dapatkan di sekolah. Lebih anehnya lagi ayahku membolehkan aku membaca buku yang tidak boleh dibaca oleh anak seusiaku yaitu anak SMP dan membolehkan aku membaca tulisannya yang sering kontroversi dengan pemikiran pemikiran orang pada umumnya.
Pagi itu setelah aku membersihkan kamar ayahku sekaligus membaca buku yang ada di kamarnya , aku di panggil ayahku, “Haqi,… !”, “Dalem pak”, jawabku, “kesini nak ..! ayah mau bicara sama kamu” , “engge pak”, jawabku, kemudian aku mendekati ayahku dan duduk di sampingnya, tidak lama kemudian bi Rini membawa secangkir kopi susu jahe hangat dan sepotong roti bakar untuk ayah. Setelah itu Bi Rini kembali lagi menyirami tanaman depan rumah. Sambil minum kopi susu jahe ayah berkata padaku : ”Haqi , jangan pernah bosan membaca, karena membaca bukan hanya membaca buku, tetapi membaca fakta kehidupan, membaca alam, membaca pengalaman, membaca masa depan. Jika kamu membaca buku jangan haya buku pelajaran sekolah saja yang dibaca , Bacalah segala macam ilmu pengetahuan baik melalui buku bacaan, Koran, majalah maupun internet karena dari semuanya sangat penting untukmu. Tetapi yang terpenting kamu harus bisa memfilter segala macam pengetahuan dan kamu terapkan demi kebaikan orang lain. Sekali lagi ingat, demi kebaikan orang lain”. “Engge pak” jawabku dengan tegas. “Itu baru anak ayah”, seru ayahku. Kemudian ayahku beranjak pergi dari tempat duduknya sambil menyuruhku untuk memakan roti yang diberikan bi Rini.
Aku merasa sangat lega, karena ayahku yang biasanya bicara didepan umum dan dibayar dengan mahal kini ia berbicara didepanku dengan gratis, ikhlas dan penuh kewibawaan. Aku yakin, aku pasti bisa melakukan apa yang dikatakan ayahku, karena segala sesuatu yang dikatakan melalui hati (ikhlas) akan sampai pada hati, itulah teori alam yang pernah aku dapatkan ketika belajar di penjara suci daerah Sidoarjo tepatnya di Tanggulangin.
##############################
“Buku adalah segalanya. Ingin menguasai dunia kuasailah ilmu dunia termasuk apa yang ada didalam buku”, begitulah kata ibuku ketika aku sedang duduk santai sambil menikmati indahnya sore hari. Aku hanya senyum sambil menganggukkan kepala ku , ibuku tau kalau aku suka baca buku. Oleh sebab itu , ia selalu memotivasi aku dengan kata motivasinya agar aku bisa lebih meningkatkan pembacaanku terhadap semua buku. Karena ibuku tidak pernah membatasi tentang buku apa yang aku baca.
ibuku salah seorang guru agama yang mengajar Madrasah Aliyah di salah satu sekolahan yang ada di desaku. Ia adalah sosok yang disiplin, baik disiplin ilmu, tenaga maupun waktu. Ia selalu tepat dalam penyampaian materi pelajaran terhadap anak didiknya sehingga sesulit apapun materinya akan mudah dipahami oleh anak didiknya. Ia selalu tepat membagi tenaganya baik ketika berada di sekolahan, di luar sekolahan , maupun dirumah sehingga ketika berada dimana-mana ia selalu tampak segar dan tanpa ada beban. Ia selalu tepat dalam membagi waktunya baik dalam keadaan penting maupun tidak penting, ketika masuk kelas ia lebih dulu masuk dari pada muridnya , begitu juga ketika ada acara yang dimulai jam delapan, ia selalu sudah berada ditempat 45 menit sebelum acara dimulai.
Aku heran, kenapa ibuku bisa sedisiplin itu, aku sebagai anaknya tidak bisa disiplin, aku sering telat dalam masuk ruang kelas, telat dalam makan, namun tidak telat dalam ibadah dan membaca. Meskipun aku seorang yang sering telat ibuku tidak pernah memarahiku, bahkan ia sangat menyayangiku. Setiap kali aku telat dalam hal apapun, ia tidak marah, ia hanya berkata apakah yang kamu lakukan ini bermanfaat bagi orang lain ? aku hanya diam, tersenyum karena tak mampu menjawabnya
Karena keseringan telat dan keseringan mendengar kata kata ibu “Apakah ini bermanfaat bagi orang lain? “ akhirnya aku berpikir dan mencoba untuk mengubah kebiasaanku yang asalnya seorang yang telat menjadi seorang yang disiplin. Alhasil lama kelamaan aku bisa berubah menjadi seorang yang disiplin dalam segala hal . Aku bersyukur kepada Tuhan karena mengubahku menjadi lebih baik, dan berterima kasih ibuku yang memperhatikanku setiap saat.
##############################
Senin pagi ,setelah sholat subuh, seperti biasa aku , ayah dan ibuku berkumpul diruang tamu sementara bi Rini menyiapkan segala keperluan yang akan kami bawa masing-masing. Ayahku bercerita tentang kejadian alam yang menimpa Negara ini , banyak dari peristiwa yang terjadi di Negara ini karena perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab, andai saja seluruh energi di bumi ini di gunakan semaksimal mungkin maka tidak akan habis dan masih banyak yang tersisa untuk dibuat jenjang masa depan. Banyak dari energy alam Indonesia yang dimiliki oleh Negara lain, karena dijual oleh pemimpin Indonesia yang tidak bertanggung jawab, mengakibatkan warga sekitar terkena imbasnya mulai dari miskinnya ekonomi hingga kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya misal dalam hal Air bersih. Sementara ibu bercerita tentang agama Islam di Indonesia . di indonesia terdapat beragam aliran agama mulai dari yang keras dalam hal perbuatan hingga yang keras dalam hal pemikiran. Yang keras dalam hal perbuatan cenderung ke Fundamentalis, yang mana pemikiran ini menganggap agama sebagai sesuatu yang berat sehingga harus dilakukan dengan cara tertentu sesuai dengan Alquran dan Hadist, sedangkan yang keras dalam hal pemikiran cenderung ke Liberalis, yang mana pemikiran ini mengkaitkan agama dengan logika , sehingga hal ini menganggap agama sesbagai sesuatu yang tidak berat. Namun keduanya baik. Tetapi yang lebih baik adalah agama islam yang tidak menyalahkan atau mengejek satu sama lain antar aliran beragama. Sedangkan aku tidak bercerita apa-apa. Aku hanya diam dan mendengar apa yang dikatakan kedua orang tuaku.
Selesai bercerita, aku , ayahku dan ibuku makan pagi bersama bi Rini, kebetulan makanan ini kesukaanku yaitu nasi pecel telor ceplok. Sedangkan ayah dan ibuku hanya makan tahu tempe, setelah aku menghabiskan tiga telor ceplok, aku mual-mual hingga tak sadarkan diri, ayahku dan ibuku serta bi Rini, semuanya panik dengan kondisi yang menimpaku. Aku pun dibawa ayahku dan bi Rini kerumah sakit terdekat , sedangkan ibuku tidak bisa ikut, karena ada jam mengajar pagi. Ibuku lebih mengutamakan orang lain dari pada dirinya dan keluarganya. Dalam perjalanan ke rumah sakit, karena paniknya dengan keadaanku, ayahku menabrak salah seorang siswa SD, kemudian siswa itu terlempar dua meter dari tempat kejadian tabrakannya. Tetapi ia masih hidup namun keadaannya juga kritis, akhirnya ia pun dibawa kerumah sakit oleh ayahku brsama ku naik mobil.
Di rumah sakit ayahku lebih panik melihat kondisi siswa yang di tabraknya, ia segera mencari dokter untuk segera mongobatinya agar nyawa anak SD tersebut bisa tertolong, sedangkan anaknya sendiri yaitu aku dibiarkan dan di jaga bi Rini, karena ia tahu bahwa kondisiku tidak terlalu parah. Setelah menemukan dokter dan dirawat dokter, beberapa jam kemudian aku sadar dan siswa SD juga sadar, akhirnya ayahku bersyukur karena musibah ini bisa terselesaikan. Kemudian ibuku datang dari sekolahan kerumah sakit untuk melihat keadaanku. Disana kami semua berkumpul kembali dan saling bercerita tentang Korupsi di Indonesia.
############################################################
Sidoarjo, 2007 (DB)
Cerpen Memanusiakan Manusia
Artikel Terkait Cerpen Memanusiakan Manusia :
Cerpen Gus Mus Mustofa Bisri Gus jakfar Cerpen Gus Mus Mustofa Bisri Gus jakfar Diantara putera-putera Kiai Saleh, pengasuh pesantren "Sabilul Muttaqin" dan sesepuh di ...
Cerpen Kiai A. Mustofa Bisri Lukisan Kaligrafi Cerpen Kiai A. Mustofa Bisri Lukisan Kaligrafi Bermula dari kunjungan seorang kawan lamanya Hardi. Pelukis yang capai mengikut ...
Cerpen Gus Mus (A. Mustofa Bisri) Lebaran Tinggal Satu Hari Lagi Cerpen Gus Mus (A. Mustofa Bisri)Lebaran Tinggal Satu Hari Lagi Saat pamit dua minggu yang lalu, suaminya berjanji akan pulang ...
Cerpen Gus Mus KH A. Mustofa Bisri MBAH SIDIQ Cerpen Gus Mus KH A. Mustofa BisriMBAH SIDIQBerita tentang Mbah Sidiq sudah sampai ke daerah kami. Entah siapa yang mula-mula m ...
Cerpen Gus Mus (A. Mustofa Bisri) Kang Kasanun Cerpen Gus Mus (A. Mustofa Bisri) Kang KasanunMendengar cerita-cerita tentang tokoh yang akan aku ceritakan ini, baik dar ...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment