Info tentang pengetahuan ilmu Sastra Indonesia, Inggris, Arab, serta Budaya bangsa dan Usaha Ekonomi Masyarakat

PESANTREN dan KARAKTER BANGSA Indonesia

Unknown




PESANTREN dan KARAKTER BANGSA
Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera kepada seluruh penghuni jagad alam semesta. Terlebih dahulu marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena Segala kehendakNya kita semua masih diberi kesempatan untuk bernafas didunia ini. Kedua Shoalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada baginda nabi muhhammad SAW, karena lantaran beliaulah kita bisa memeluk agama islam.
Disini sedikit akan dijelaskan tentang pesantren dalam pembangunan karakter Bangsa. Sebagai lembaga pendidikan berbasis agama dan Moral (educational institution-Atitude religion), pesantren semakin meluaskan wilayah dakwahnya yang tidak hanya mengakselerasikan mobilitas vertikal (dengan kajian-kajian keagamaan/ Hubungan dengan Allah), tetapi juga mobilitas horizontal (kesadaran akan fungsi sosial-kemasyarakatan/ Hubungan sesama manusia). Pesantren kini tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan (religion curriculum) dan cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh persoalan aktual kemasyarakatan (society- based curriculum). Dengan demikian pesantren tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga keagamaan murni, tetapi juga menjadi lembaga sosial yang hidup di masyarakat.
Bagi PondokPesantren Saat ini, secara kelembagaan, sejumlah program yang telah dikembangkan di samping tetap mempertahankan tradisi keilmuan pesantren, juga berhasil memasukkan tradisi yang sama sekali baru sekaligus berhasil mensinergikannya dengan perkembangan keilmuan mutakhir. Dengan demikian, Pondok Pesantren tidak terlepas dengan jaringan intelektual era sebelumnya, disamping juga berhasil membentuk jaringan intelektualyang baru. Perkembangan kelembagaan Pondok Pesantren yang seperti ini, akan semakin memperluas ruang implementasinya dengan melengkapi dan menciptakan alternatif-alternatif baru yang dapat menopang estabilisasi dan stabilisasi serta profesionalisasi pesantren di tengah kehidupan modern.
Selain sebagai media pendidikan bagi para santri, ternyata pesantren juga  mempunyai fungsi yang sangat signifikan, yaitu sebagai basis penyampaian dakwah sekaligus media kontrol terhadap perilaku budaya yang berkembang di masyarakat sekitar saat ini. Peran pesantren, sebagai media pengawal umat menuju maslahat, ternyata memiliki perjalanan panjang dengan sejarah sebelumnya. Sejarah telah membuktikan, kelembagaan pesantren telah menjadi penjaga keselarasan dan kemaslahatan  umat, yang dipercaya oleh masyarakat hingga sampai saat ini. Dari banyak  problem bangsa yang menjadi tanggungjawab pesantren, secara sistemik telah menempatkan pondok pesantren sebagai lembaga penyaring dan asilimator pengaruh-pengaruh dari luar ke dalam masyarakat khususnya penyaring budaya barat yang masuk keindonesia. Singkatnya, pondok pesantren telah menjadi "dewan sensor budaya" yang senantiasa diikuti oleh masyarakat hingga saat ini.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa program pembelajaran pada pondok pesantren khususnya dalam bidang pembinaan keteladanan, keimanan dan ketaqwaan akan membentuk masyarakat dan bangsa Indonesia yang berkepribadian dan berbudi pekerti luhur. Namun demikian, perlu diingat, bahwa pembentukan watak dan karakter harus juga dikembangkan secara terintegrasi dan sistematis dengan semua program pembelajaran yang dikembangkan. Di samping isi materi pembelajaran, metodologi pembelajaran sangat mempengaruhi pembentukan watak dan karakter seseorang khusunya para santriwan dan santriwati.
Cara-cara pembelajaran yang menarik, kreatif, inovatif dan demokratis akan sangat efektif untuk membentuk watak dan karakter santri. Perlu juga ditekankan, bahwa dalam pembentukan watak dan karakter santri dipesantren, juga terkait dengan kecerdasan emosional. Dengan demikian, pada setiap program pembelajaran tujuannya tidak hanya untuk mencapai nilai dan prestasi akademik semata, melainkan juga diarahkan untuk mampu menguasai emosi diri sendiri dan emosi orang lain serta mampu mengendalikannya. Kecerdasan semacam inilah yang akan terwujud dalam kesabaran, ketelitian keuletan, motivasi diri dan tangguh menghadapi tantangan zaman.
Pembentukan watak dan karakter tidak hanya menghasilkan prestasi akademik dan kognitif, juga tidak hanya yang bersifat aplikatif, praktis dan berwujud pada kemampuan teknologis untuk mempermudah hidup secara lahiriyah dan material semata, tetapi juga pembentukan watak dan karakter harus dapat membawa kepada bentuk keinsafan Ketuhanan yang lebih mendalam. Dalam Al-Qur'an banyak sekali firman yang bernada perintah atau anjuran agar kita memperhatikan alam atau fenomena alam yang merupakan sunatullah, yang pada dasarnya bertujuan untuk mengingatkan serta memberi kabar gembira manusia akan kebesaran dan keagungan Tuhan. Maka, pendidikan watak dan karakter harus juga meliputi hal-hal yang berhubungan dan  diperintahkan Tuhan dalam AlQur'an.

Sekedar untuk menjadi pegangan operatif, dalam mengembangkan pendidikan watak dan karakter, sejumlah nilai-nilai keagamaan yang mendasar perlu ditanamkan. Nilai-nilai keimanan, ke-Islaman, jiwa ihsan, ketaqwaan, sikap ikhlas, tawakkal, syukur, dan sabar serta nilai-nilai akhlaqul karimah  sebagai nilai-nilai keagamaan yang mendasar tentu akan menjadi bagian terpenting dalam pendidikan watak dan karakter.
Sebuah bangsa akan dinyatakan sebagai bangsa yang "maju" tidak semata-mata disebabkan oleh kompetensi, teknologi canggih ataupun kekayaan lainya, tetapi yang paling utama karena dorongan semangat dan karakter bangsanya. Oleh karena itu, dapat diibaratkan bahwa watak dan karakter laksana kemudi bagi sebuah kapal. Watak dan karakter adalah kemudi hidup yang akan menentukan arah yang benar bahtera kehidupan bangsa.
Pesantren mampu menjadi sebuah lembaga yang multi-fungsional, tidak hanya berkutat bagi perkembagan pendidikan Islam semata, namun juga sangat berperan bagi kemajuan pembangunan lingkungan sekitar, yaitu pembangunan yang meliputi bidang sosial, ekonomi, teknologi dan ekologi, bahkan beberapa pesantren telah mampu untuk mengangkat kehidupan masyarakat sekitarnya Dalam pandangan pesantren, tujuan pendidikan tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran murid dengan penjelasan-penjelasan, tetapi untuk meningkatkan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkahlaku yang jujur dan bermoral, serta menyiapkan para murid belajar mengenai etika agama diatas etika-etika yang lainnya.
Tujuan pendidikan pesantren bukan untuk mengejar kepentingan kekuasaan, uang dan keagungan duniawi, tetapi menanamkan kepada mereka bahwa belajar adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian kepada Tuhan Lembaga pendidikan pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang secara indigenous pada lingkungan masyarakat Indonesia, telah banyak memberikan sumbangsih berharga terhadap pembentukan serta pengembangan karakter serta kepribadian warga negara.
Proses pemebelajarannya dikemas secara menyeluruh, sehingga mampu mengembangkan ketiga ranah domain dalam pendidikan karkater seperti yang diungkapkan oleh Sauri  meminjam pernyataan Lickona dalam Megawangi (2004) yang mengemukakan bahwa proses pendidikan karakter menekankan kepada tiga komponen karakter yang baik yakni pengetahuan tentang moral, perasaan tentang moral dan perbuatan bermoral. Dalam konteks proses pendidikan karakter di pesantren, tahapan moral knowing disampaikan dalam dimensi masjid dan dimensi komunitas oleh kyai dan para pengajar. Adapun moral feeling dikembangkan melalui pengalaman langsung para santri dalam konteks sosial dan personalnya. Sedangkan moral action meliputi setiap upaya pesantren dalam rangka menjadikan pilar pendidikan karakter rasa cinta Allah dan segenap ciptaanya diwujudkan menjadi tindakan nyata. Hal tersebut diwujudkan melalui serangkaian program pembiasaan melakukan perbuatan yang bernilai baik menurut parameter Allah swt di lingkungan pesantren. Dalam mewujudkan moral action, pesantren memperhatikan tiga aspek lainnya terkait dengan upaya perwujudan materi pendidikan menjadi karakter pada diri santri, ketiga aspek tersebut meliputi kompetensi, keinginan serta pembiasaan di lingkungan pondok pesantren
Cukup Sekian Terima kasih
Wassalamualaikum warahmatullohi wabarokatuh…

0 comments:

Post a Comment